Semuanya berawal dari serangkaian tugas dari para OSIS yang ditujukan kepada kami. Tugasnya mungkin tidak terlalu berat, tetapi karena begitu banyaknya tugas yang diberikan secara beruntun, semuanya menjadi tugas yang menyusahkan.Pukul 04.20, berusaha membuka mata yang masih terasa berat. Saya bangun mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat subuh. Setelah melakukan berbagai persiapan, akhirnya tibalah saat unyuk berangkat ke SMA untuk pertama kalinya usai melaksanakan matrikulasi selama satu bulan. Dengan mengenakan seragam SMP, saya menunggu sebuah bus yang akan mengantar ke sekolah dengan waktu kurang lebih 35 menit.Sesampainya di sekolah, teman-teman baru telah menanti, begitu pula dengan tugas-tugasnya. Dan akhirnya, tugas yang paling beratpun di berikan. Membuat tas sampah yang berbentuk baju dengan bahan dasar karton. Dan harus sesuai dengan ukuran-ukuran aneh yang telah ditentukan.
Sepulang sekolah saya membeli bahan dasarnya berupa karton, kertas manila, pita dan sebagainya di sebuah toko yang berada di Tuban. Setelah membelinya, saya langsung mengerjakannya di rumah kos teman saya. Pada akhirnya, tugasnya tidak dapat saya selesaikan di rumah kos tersebut.Sore harinya, saya membeli bahan-bahan lain di Rengel untuk mengerjakan tugas seperti, membuat makalah, membuat kalung yang berbentuk bunga dari karton, dsb. Selesai shalat isya, saya berangkat ke rumah teman yang berada di Plumpang. Kami mengerjakan tugas bersama, kebersamaan terlihat jelas pada saat itu. Kami semua sibuk mengerjakan tugas yang kira-kira sebanyak empat tugas, terutama tas sampah yang membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. Saya hanya bisa menyelesaikan rangka dari tas tersebut. Akhirnya, Kami memutuskan untuk mengakhirinya pada pukul sebelas malam.Di sekolah, kami langsung mendapat kemarahan para OSIS karena masih banyak anak yang belum menyelesaikan tas sampah, walaupun ada dua atau tiga anak yang sudah bisa menyelesaikannya. Yang menjadi sasaran utama kemarahan para OSIS adalah ketua kelas kami yang dianggap tidak bisa mengkoordinasi teman-temannya. Tas sampah dari sebagian anak-anak dirusak termasuk milik saya, dan saya disuruh membuatnya lagi. Ketua kelas kami merasa sangat bersalah, tetapi saya tahu bahwa para OSIS sebenarnya hanya berpura-pura. Kami semua berusaha menenangkannya sebab kami semua tahu kalau dia adalah ketua kelas yang baik dan tidak melakukan kesalahan.Bel sekolah tanda pulang pun berbunyi, saya bergegas menuju Dinas Sosial, lokasi sehari-hari saya untuk menunggu bus. Seperti biasa, saya mengerjakan tugas makalah di sore hari dan membuat tas diwaktu malam. Berharap bisa menyelesaikan saat itu juga, tapi akhirnya kami menyerah pada pukul 01.00. Disekolah, kami mengalami hal yang sama seperti hari sebelumya. Lagi-lagi kami semua pulang dengan wajah yang kusut.Dimalam yang ketiga,
Sepulang sekolah saya membeli bahan dasarnya berupa karton, kertas manila, pita dan sebagainya di sebuah toko yang berada di Tuban. Setelah membelinya, saya langsung mengerjakannya di rumah kos teman saya. Pada akhirnya, tugasnya tidak dapat saya selesaikan di rumah kos tersebut.Sore harinya, saya membeli bahan-bahan lain di Rengel untuk mengerjakan tugas seperti, membuat makalah, membuat kalung yang berbentuk bunga dari karton, dsb. Selesai shalat isya, saya berangkat ke rumah teman yang berada di Plumpang. Kami mengerjakan tugas bersama, kebersamaan terlihat jelas pada saat itu. Kami semua sibuk mengerjakan tugas yang kira-kira sebanyak empat tugas, terutama tas sampah yang membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. Saya hanya bisa menyelesaikan rangka dari tas tersebut. Akhirnya, Kami memutuskan untuk mengakhirinya pada pukul sebelas malam.Di sekolah, kami langsung mendapat kemarahan para OSIS karena masih banyak anak yang belum menyelesaikan tas sampah, walaupun ada dua atau tiga anak yang sudah bisa menyelesaikannya. Yang menjadi sasaran utama kemarahan para OSIS adalah ketua kelas kami yang dianggap tidak bisa mengkoordinasi teman-temannya. Tas sampah dari sebagian anak-anak dirusak termasuk milik saya, dan saya disuruh membuatnya lagi. Ketua kelas kami merasa sangat bersalah, tetapi saya tahu bahwa para OSIS sebenarnya hanya berpura-pura. Kami semua berusaha menenangkannya sebab kami semua tahu kalau dia adalah ketua kelas yang baik dan tidak melakukan kesalahan.Bel sekolah tanda pulang pun berbunyi, saya bergegas menuju Dinas Sosial, lokasi sehari-hari saya untuk menunggu bus. Seperti biasa, saya mengerjakan tugas makalah di sore hari dan membuat tas diwaktu malam. Berharap bisa menyelesaikan saat itu juga, tapi akhirnya kami menyerah pada pukul 01.00. Disekolah, kami mengalami hal yang sama seperti hari sebelumya. Lagi-lagi kami semua pulang dengan wajah yang kusut.Dimalam yang ketiga,
0 Komentar:
Komen disini ya :)