Seharian hujan turun membasahi
kota Tuban, bau hujan menusuk hidung setiap pengguna jalan dan payung berwarna
warni mewarnai jalanan. Sekarang sudah menjelang sore banyak pekerja kantoran
yang melangkahkan kakinya ke tengah derasnya hujan menyisir belahan manusia
lainnya. Di sebuah kafe yang tak jauh dari sekolahnya, uqi duduk di sebuah pojokan
tempat favoritnya memandangi hujan yang turun di luar sana. Segelas Jus OREO
menemani dirinya mengerjakan pekerjaan rumah yang masih tersisa.
Sesekali uqi melayangkan pandangannya
ke arah pintu masuk kafe itu, dan diam-diam ia selalu berharap wanita itu datang
membeli minuman favoritnya. Tapi sudah hampir tiga hari belakangan ini uqi
tak menemukan sosok wanita yang selalu di nantinya saat pulang sekolah.
Dengan kecewa uqi kembali menatap layar monitor laptopnya yang
menampilkan deretan angka-angka, tanpa di sadarinya ia telah berada di kafe itu
hampir satu setengah jam lamanya dan jus oreonya pun telah habis di teguk. Sekali
lagi untuk meyakinkan dirinya, uqi mengedarkan pandangannya ke sekeliling area
kafe dan ia tak menemukan sosok wanita itu.
Wanita yang selama ini diam-diam menarik perhatiannya mungkin bagi
sebagian orang biasa saja. Justru yang menarik bagi uqi, sosoknya yang pendiam
dan selalu tekun dalam pekerjaannya membuat uqi penasaran apa yang selalu di
ketiknya sambil meneguk jus oreo miliknya. Wanita itu hampir tak pernah
berbicara pada pengunjung lain kecuali hanya untuk memesan minuman favoritnya
itu.
Langkah kaki uqi berlari kecil menghindari gerimis yang masih
membayangi Tuban, motornya di parkir agak jauh dari kafe tersebut untuk
menghindari parkiran yang selalu ramai pada saat pulang sekolah. Ia menutupi
bagian kepalanya dengan tangan kiri dan melindungi laptop yang berada dalam
tasnya dengan tasnya yang lain.
Tiba-tiba saja hujan yang tadi sudah hampir reda dan hanya
menyisakan sedikit garis tipis air yang jatuh ke bumi. Uqi panik karena
sekarang ia tak memiliki tempat berteduh. Matanya dengan cepat menatap
sekeliling untuk mencari tempat berlindung. “ya Allah, bagaimana ini?” serunya
panik, ia semakin cepat berlari dan terus berlari.
Jalanan yang licin membuat dirinya hampir saja terjatuh,
beruntung ia berhasil menggapai salah satu pegangan tiang iklan yang berada di
jalan. Uqi menarik nafas lega, tiba-tiba saja kini uqi merasa hujan tak lagi
membasahi dirinya padahal ia masih bisa melihat hujan deras terus membasahi
dirinya. Kepalanya menengadah ke atas untuk melihat apa yang terjadi.
Sebuah payung besar berwarna merah tepat berada di atasnya tapi
bukan itu yang membuat dirinya terkejut setengah mati. Siapa yang memayunginya
itulah yang membuat uqi tak dapat menutupi keterkejutan dalam dirinya, sosok
itu tersenyum pada dirinya.
Ya tuhan, wanita yang selama ini hanya dapat di tatapnya dari
kejauhan, wanita yang sangat ingin diajaknya untuk berbincang berbagi apa saja
yang terlintas dalam pikiran mereka berdua.
Dan yah, itu adalah pertemuan pertamaku dengan nya. aku mengusap
foto kami berdua saat liburan ke italia menyambut tahun baru, kami sangat
bahagia dan di sana pulalah aku melamarku.
Kini kebahagiaan itu hanya dapat aku rasakan dalam hatiku, hanya
dapat ku pendam dalam diriku dan tertawa bersamanya dengan kenangan itu.
Hari ini aku kembali mengunjunginya tapi tak lagi berada di
ruangan biasa yang penuh dengan selang-selang untuk mempertahankan hidupnya,
tak lagi dengan bau obat yang menyengat menusuk hidungku.
Kali ini aku mengunjunginya dalam sebuah tempat kedamaian,
pelabuhan terakhir dari hidup kita sebagai manusia. Aku mengusap pusara
namanya, mengusapnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. “aku kangen
kamu. Apa kabar mu hari ini? sudahkan kau makan?” aku berbicara tanpa ada yang
menjawabnya.
Air mataku terus jatuh tak tertahan, dia wanita yang selama ini
berhasil meraih hatiku tak ku sangka mengidap penyakit kelainan jantung yang
memaksa dirinya harus terus berada di rumah sakit akibat kondisi tubuhnya yang
kian menurun.
Selama ini aku tahu apa yang akan terjadi pada dirinya dan
berusaha untuk mematikan pikiran bahwa wanita yang aku cintai itu akan pergi
meninggalkanku tak lama lagi akan pergi meninggalkan diriku.
Ia tak lagi membuka matanya, hanya selang-selang yang masuk ke
dalam tubuhnya itu sajalah yang mampu mempertahankan hidupnya. Tak ada reaksi
apapun saat aku memanggil namanya, tubuhnya telah mati rasa bahkan nafasnya pun
tak lagi terdengar.
“ kau dengar aku? Bangunlah sayang, aku yakin kau bisa
mendengarku karena aku tahu kau mencintaiku. Kau lihat pakaian yang ku kenakan
ini? ini pakaian yang akan ku gunakan saat menikah denganmu dan kau harus
melihat betapa aku tampan sebagai pasangan mu sayang.” Aku berujar dalam tangis
yang terus mendesak untuk keluar dari dalam diriku.
Hanya saja pengkhianatan malaikat maut tetap tak dapat aku
hadapi, malam setelah aku menangis di samping kekasihku itu ia harus kalah
melawan sang pengkhianat. Meski benci marah sedih menggelayuti diriku aku
kembali terhempas pada kenyataan bahwa ia tak akan kembali padaku lagi.
Hari ini, aku duduk memesan minuman kesukaan kekasihku dan duduk
di tempat favoritnya menulis cerita-cerita cinta yang hanya di simpannya untuk
dirinya sendiri.
Aku mulai membuka satu persatu tulisan-tulisannya dan membekap
mulutku saat membaca tiap kata yang berada di depanku. Semuanya bercerita
tentang diriku bahkan sebelum aku bertemu dengan dirinya. Diam-diam kekasihku
telah mencintaiku jauh sebelum aku menyadarinya.
Cinta..
Tanpa cinta manusia takkan hidup
Demi tuhan sakit ini sangat menyiksaku
Aku tak bisa bergerak
Aku rindu padanya
Wanita yang cantik dalam kesederhanaannya
Tapi aku tak dapat melihatnya
Karena ia mungkin hanya bayangan
Bayangan terindah yang pernah aku miliki
Aku
menutup laptopnya, ini hanya bagian awal yang dapat ku ceritakan tentang cinta
aku dan dia, cinta kami berdua.
0 Komentar:
Komen disini ya :)