Mentari menyonsong dari ufuk timur, kicauan burung tengah mengusikku dari mimpi indahku semalam. Sinar matahari menembus kalbuku menyinari setiap ruang samar dalam pandanganku. Pertanda pagi telah menjelang. Aku bergegas mandi dan belajar sejenak untuk menghadapi guru killer di sekolahku hari ini. Belajar di beranda lantai dua memang hal yang menyenangkan, sambil menikmati secangkir teh aku mencoba membebaskan pikiranku dari persiapan ujian akhirku. Kurasa cukup belajarku hari ini, aku torehkan pandanganku ke taman. Ku lihat pak Mamang sedang mencuci mobil pink kesayanganku. Beliau melihatku dari sudut matanya. Aku pun membalasnya dengan senyuman hangat. “Wah, sepertinya pak Mamang sudah menyiapkan mobilku”. Bisikku dalam hati. Sekarang aku harus bersiap-siap berangkat ke sekolah.
“Bik Ona…” Teriakku dengan nada manja.
“Iya non, ada apa?” Jawab bibi dengan nada lembut.
Hari ini hari Jum’at. Jadi, semua perlengkapanku berwarna pink semua. Mulai dari bandana, tas, kaos kaki, sepatu hingga mobilku semua harus berwarna pink. Mungkin terkesan lebay, tapi aku suka hal itu. Biarlah, yang penting banyak yang bilang perfect.
“Ma, papa mana?” Tanyaku di meja makan
“Papa beragkat lebih pagi Lisa” Jawab mamaku
“Oh, ya sudah ma. Lisa berangkat dulu ya? Assalamu’alaikum” Pamitku
“Wa’alaikumsalam, hati-hati ya sayang” Seperti biasa itulah jawaban mama sambil mencium pipiku.
Hari ini jalanan terlihat sepi sekali. Namun, aku tetap mempertahankan untuk mengendarai di bawah kecepatan 40 km/jam. Sambil mengendarai aku memutar lagu favoritku, tak sadar ternyata 5 meter di depanku ada seorang laki-laki yang lewat.
“Oh tidak ….!!!” Teriakku dalam mobil.
Aku berusaha menghindari laki-laki tersebut, aku membanting setirku kekanan dan dihadang sebuah truk dari belakang.
“Aaaaaaa…..!” teriakku.
Tiba-tiba semua gelap dan aku tidak dapat mengingat apapun lagi.
Aku coba membuka mataku perlahan. Badanku terasa lemas dan tak berdaya lagi. Kakiku juga tidak dapat kugerakkan. Bahkan kepalaku dibalut dengan perban.
“Aku dimana?” Aku mencoba bersuara dengan nada lirih. Namun, tidak ada satu orang pun di sini. Tanpa sadar air mata menetes membasahi pipiku.
Aku kaget ketika aku mendapat jawaban yang bukan jawaban dari pertanyaanku dari balik pintu ruangan yang menyesakkanku ini.
“Hai. Akhirnya kamu sadar juga, sudah seharian kamu tidak sadarkan diri”. Sapa seorang dokter muda yang tersenyum manis dan perlahan mendekatiku.
“Sekarang aku di mana? Apa ini di rumah sakit?” Tanyaku ngotot.
“Iya, perkenalkan aku Bayu”. Dengan bijaksana dia memperkenalkan diri.
Dia menceritakan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata dokter Bayu adalah orang yang tadi pagi hampir kutabrak. Sepertinya dia sangat merasa bersalah karenanya aku harus ada di rumah sakit. Dan yang lebih mengagetkanku, kakiku lumpuh untuk sementara. Dan akan kembali normal setelah menjalani terapi selama 2 bulan. Dia berjanji akan selalu menemaniku, untuk menebus rasa bersalahnya. Aku marah padanya. Aku mengambil handphone untuk memberi kabar pada orang tuaku. Di seberang sana aku mendengar suara seorang ibu yang sangat panik mencari di mana keberadaan anaknya, dan merasa lega setelah anaknya menelponnya.
“Lisa, kamu kemana saja sayang. Mama khawatir sama kamu, sampai larut begini belum juga pulang. Semua teman Lisa mama telepon juga tidak tahu. Kamu sekarang di mana sayang?”. Tanya mamaku cemas.
“Maaf ma, tadi Lisa kecelakaan. Sekarang ada di kamar melati B, rumah sakit Dr. Soetomo” Jelasku pada mama
“Apa? Baiklah mama kesana sekarang”. Kata mamaku panik.
Aku masih memasang muka murung jika ada dokter Bayu menghampiriku.
“Aku benar-benar minta maaf sama kamu sudah buat kamu kayak gini. Tapi, aku janji akan merawat kamu sampai kamu sembuh total”. Bujuk dokter Bayu agar aku mau memaafkannya. Tetapi, aku masih tetap diam tanpa sepatah kata pun. Tak lama kemudian mama dan papaku datang. Mereka langsung memelukku.
“Ma, kaki Lisa nggak bisa digerakkan ma”. Kataku mengadu pada mama.
“Dok, apa anak kami tidak apa-apa?” Tanya papaku pada dokter Bayu.
Lalu, mereka berlalu keluar kamarku. Entah apa yang mereka bicarakan. Mama dan papaku kembali menghampiriku.
“Sayang, mama dan papa pulang dulu ya? Mama pasti akan kembali lagi sayang”. Pamit mamaku.
“Lho, mama mau meninggalkan Lisa sendirian di sini?” Tanyaku pada mama
Mama menjelaskan bahwa dokter Bayu bersedia menjagaku. Mama dan papa meninggalkanku bukan karena mereka tidak sayang tapi malam ini mama dan papa harus keluar kota untuk mengurus launching pembukaan cabang perusahaan mereka di Bandung. Apa boleh buat aku hanya bisa menerimanya. Yah, meski kemungkinan tanpa bicara sepatah katapun pada dokter Bayu.
“Mama dan papa hati-hati ya, Lisa sayang kalian”. Pesanku manja.
Setelah mama dan papa berlalu, dokter Bayu datang membawakan sepiring bubur untukku.
“Lisa, makan dulu ya?” Pinta dokter Bayu merayuku.
“Letakan saja di meja, aku bisa makan sendiri”. Jawabku sinis
“Baiklah” Jawabnya dengan ramah sekali.
Lama-lama lapar juga, akhirnya aku mencoba makan bubur yang dibawakan dokter Bayu tadi. Aku mencoba berulang kali memasukkan sesendok bubur ke mulutku tapi selalu gagal hingga semua bajuku penuh dengan bubur. Aku malu sekali ketika dokter Bayu datang melihat keadaanku seperti itu.
“Ya Tuhan Lisa, kamu kotor sekali? Sebentar aku panggilkan suster untuk mengganti baju kamu”. Kata dokter Bayu padaku.
Setelah ganti pakaian aku kembali terbaring di tempat tidurku. Dokter Bayu datang dan duduk di sampingku.
“Ngapain kamu disitu?” Tanyaku sinis. “ Kamu nggak bisa makan sendiri kan? Sini aku suapin” Jawabnya.
Aku menolaknya tapi dia menggodaku, “Apa kamu bisa makan sendiri, dan bajumu akan penuh dengan bubur lagi?”.
Aku malu banget, akhirnya aku mau di suapi. Tapi aku masih memasang muka marah padanya. “Baiklah, sekarang kamu istirahat dulu ya? Aku menunggumu di sofa”. Katanya.
Secepatnya aku coba menutup mataku, agar aku tidak melihatnya lagi. Karena setiap kali melihatnya aku selalu mengingat kejadian itu, yang membuatku ingin marah padanya. Dalam tidurku aku bermimpi bertemu seseorang dengan wajah samar yang selalu memperhatikanku di setiap waktu dan bisa membuatku sangat bahagia. Tapi tiba-tiba mimpi itu dibubarkan oleh suara jeritan dari kamar sebelah. Mungkin pasien kamar sebelah sedang di suntik pantatnya. “Hehehehe….” Aku tertawa kecil dalam hati.
Saat aku tengah membuka mata, tak sengaja kurasakan tanganku membelai rambut seseorang disampingku yang sedang tertidur sambil menjagaku. Ternyata dia adalah dokter Bayu. Kelihatannya dia lelah sekali. Pasti semalaman dia tidak tidur karena menjagaku. Ternyata dokter Bayu baik juga dan semakin kulihat wajahnya semakin manis. Apaan sih aku ini. Lama sekali aku memandang wajahnya, akupun teringat semua kejadian yang telah terjadi antara aku dan dokter Bayu. Tiba-tiba dia terbangun dan memergoki aku sedang memandanginya. Aku tersentak dan berpura-pura kelilipan debu.
“Kamu nggak apa-apa Lisa?” tanyanya seraya memegang tanganku.
Aku menatapnya saat memegang tanganku dan dia berkata, “Maaf, aku nggak sengaja, tadi cuma reflek. Maaf ya?”. Dengan nada halus aku menjawab,”Iya nggak apa-apa kok”. Sepertinya dia kaget karena aku bersikap selembut ini untuk yang pertama kalinya. Sebenarnya aku juga kaget padahal aku masih sebel sama dokter Bayu tapi kok aku jadi salah tingkah sih. “Aduh, apa yang sedang kurasakan?” Jeritku dalam hati.
Aku menyuruh dokter Bayu untuk mandi dalu. Satu jam kemudian dokter Bayu kembali membawakan sepiring sarapan untukku. Untuk yang kedua kalinya dokter Bayu menyuapiku lagi. Entah mengapa, hatiku terasa berdebar-debar. Aku terus melawan semua perasaanku agar biasa saja. Karena aku tak ingin jatuh cinta pada dokter Bayu. Aku mengunyah makanan terlalu lama hingga dokter Bayu memandangiku lama sekali. Aku semakin terlarut, dan akupun memandangnya. Tatapan matanya menghancurkan jiwaku, seolah aku tidak pernah menyimpan amarah untuknya. Aku tersadar dan segera membuka percakapan, “Dokter Bayu sudah makan?”. “Sudah Lisa” Jawabnya sambil tersenyum.
Senyumnya begitu manis, aku ingin membalasnya namun aku tidak berani. Lalu, dia meninggalkanku untuk menemui seseorang di luar kamarku. Kulihat seorang bidan muda, cantik dan anggun. Entah mengapa hati ini terasa sakit sekali. Tetapi, aku tidak punya hak untuk cemburu, aku bukan siapa-siapa bagi dokter Bayu. Aku hanya seorang pasien yang beruntung mendapatkannya sebagai perawatku. Atau mungkin dokter Bayu dibayar orang tuaku untuk menjagaku. Jadi aku tidak boleh ke-GR-an.
Aku melamun di tempat tidurku. Masih terbayang sesosok yang ditemui dokter Bayu tadi pagi. Namun, suara dokter Bayu menyadarkanku dari lamunanku. “Ehm.. ada yang melamun ya?” Sapa dokter Bayu. “Eh dokter, nggak kok. Cuma mikir bagaimana cara menggerakkan kakiku”. Aku mencoba mengelak.
“Sekarang aku mau memeriksa kondisi kamu dulu ya?” Pinta dokter Bayu padaku.
Kata dokter Bayu keadaanku semakin membaik, namun belum bisa untuk berjalan. Tiba-tiba dokter Bayu menyingkirkan selimut yang membalut kakiku. “Lho, dokter mau apa?” Tanyaku
Tanpa menjawab pertanyaanku dia memberiku tawaran, “Kamu pasti suntuk setiap hari hanya melihat ruangn ini, apa kamu ingin aku menemanimu ke taman?”. “Tapi…” Aku belum selesai bicara tapi dia langsung menggendongku ke kursi roda di samping tempat tidurku. Saat inilah aku merasa sangat dekat dengannya dan aku merasa sangat nyaman. Dengan hati-hati dokter Bayu mendorong kursi rodaku ke taman. Taman ini sungguh indah, di sini aku masih bisa mendengar burung-burung berkicau, serta bisikan angin pagi. Aku ingin tahu tentang seorang gadis yang ditemui oleh dokter Bayu tadi pagi. “Ehm, dokter Bayu” Aku memanggilnya. “Hahaha, kamu panggil aku apa? Dokter Bayu? panggil saja ku Bayu ya?” Dokter Bayu menertawakanku.
Aku memberanikan diri untuk bertanya tentang gadis itu, dan Bayu kembali menertawakanku. Karena gadis itu hanyalah teman kuliahnya dulu, yang pernah digosipkan suka dengannya. Dan terlanjur dia bercerita tentang masa lalunya, akhirnya dia meneruskan. Ternyata gadis itu menyukainya. Namun dia tidak memiliki perasaan yang sama dengan gadis itu dan dia tidak tahu apakah hingga saat ini gadis itu masih menyukainya. Dan tadi pagi gadis itu menemui Bayu karena ingin minta tolong untuk memeriksa pasien dikamar sebelah. Aku senang mendengar penjelasan Bayu. Di taman inilah hampir setiap hari Bayu mengajakku bercanda bersama di sini. Dan taman ini sebagai saksi bisu bahwa perlahan aku menyimpan perasaan pada Bayu. Namun, aku hanya seorang gadis yang takut bila itu hanya perasaanku saja. Jadi, aku lebih memilih untuk memendamnya. Karena tidak mungkin Bayu juga menyukaiku. Aku yakin semua ini hanya perasaanku yang tak mungkin akan terbalas. Aku memutuskan untuk menganggapnya sebagaimana kakakku saja.
Besok aku sudah diperbolehkan pulang, tapi kemana Bayu. Mengapa di saat aku sangat mengharapkan kedatangannya dia malah pergi. Aku mencoba menanyakannya di lobby, tapi mereka bilang dia keluar dengan seseorang. Aku bertanya siapakah dia, tapi tak seorangpun yang mampu menjawabnya. Baiklah, aku hanya menitipkan kartu ucapan terima kasih untuk Bayu yang aku cantumkan nomor teleponku. Aku sangat berharap dia akan menghubungiku.
“Lisa, ayo sayang kita pulang”. Ajak papaku
“Iya pa”. Jawabku datar
Aku segera masuk ke mobil. Sebelum mobil berjalan Pandanganku tidak teralihkan pada sebuah kursi yang berdiri di tengah taman. Di sana kulihat dua orang dengan begitu akrabnya. “Ya Tuhan itu Bayu dan gadis itu lagi” hatiku merintih. Yang membuatku sangat sakit, kulihat mereka tengah berpegangan tangan dan bercanda berdua. Aku memang terlalu ke-GR-an. Aku pikir Bayu menyukaiku ternyata semua perhatiannya palsu. Aku benci Bayu. Semua kekecewaanku tercium oleh mamaku. “ Lisa, kamu baik-baik saja kan sayang?” Tanya mamaku. Aku pun menjawab dengan lesu, “Baik ma, mari cepat pulang ma”.
Semua bayangan tadi siang masih terlintas jelas di pikiranku. Baiklah, aku bertekad tidak akan terpuruk hanya karena perasaanku saja. Dan aku telah memutuskan untuk menutup pintu hatiku untuk siapapun yang datang hingga aku lulus S2 nanti. Aku telah berjanji pada diriku sendiri dan Tuhan yang tengah menyaksikan semuanya.
Tiba-tiba handphone-ku bergetar, tanda bahwa ada sms masuk. Ya tuhan ternyata ada sms dari seseorang yang tak kukenal. Ku coba bertanya siapa dia dan aku mendapat jawaban bahwa itu dari Bayu. Hatiku semakin perih namun ketika aku tahu dia adalah Bayu semua kebencianku hilang seketika.
Setiap hari minggu Bayu selalu mendampingiku untuk terapi. Namun hari ini aku melihat sesuatu yang sangat berbeda dengan Bayu yang biasanya. Dia terlihat sangat manis dengan kemeja yang dikenakannya. “Hai, kenapa kamu melihatku seperti itu? Aku aneh ya dandan kayak gini?” Ucapnya. “Nggak kok, nggak kenapa-kenapa. Pulang yuk?”. Ajakku.
Sebelum pulang Bayu mengajakku untuk ke taman. Suasana taman yang tak pernah berubah, selalu menghiasi pelupuk mata yang menghadirinya. Lama sekali aku dan Bayu duduk di kursi tanpa sepatah katapun.
Akhirnya, Bayu membuka percakapan. “Lis, kamu sudah punya pacar?”. Tanyanya.
Aku sangat terkejut mendengar perkataannya. “Tidak, aku tidak punya pacar, kenapa?” Jawabku
“Kamu mau nggak jadi pacarku?” Imbuhnya. Ya Tuhan, apa maksud dari semua ini. Mengapa dia datang terlambat. Dia datang ketika janji itu telah terucap, lalu apa yang bisa kukatakan padanya sementara sebenarnya akupun suka dengannya. “Nggak, aku nggak boleh ngingkari janji yang sudah aku buat sendiri”. Bisikku dari hati
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. “Ehm, maaf hari sudah sore. Mama pasti mencariku, aku harus pulang sekarang”. Kataku dengan gugup. Kemudian aku hanya meninggalkannya begitu saja. Aku tau mungkin dia merasa diacuhkan. Tapi bukan itu maksudku. Semalam sms dari Bayu banyak sekali, tak satu pun yang ku balas. Hingga aku tak tega melihatnya, akhirnya esok harinya aku membalasnya. Aku beralasan tertidur. Tapi dia kembali membahas soal perasaannya. Aku hanya bisa mengelak dan pamit padanya untuk pergi sekolah. Sepulang sekolah dia menelponku dan sepertinya dia kecewa karena perasnnya tak terjawab. Aku memintanya untuk bertemu di cafe biasa aku makan siang dengannya.
Setelah bertemu, aku menjelaskan semuanya. Bahwa aku juga menyukainya tapi aku tidak bisa menjadi pacarnya karena janji itu. Aku melakukan hal itu, karena aku mengira dia telah bersama gadis itu. Aku menjelaskan semua itu sambil menahan perihnya hati ini. Namun, akhirnya semua pun tahu apa yang kurasakan setelah air mataku membasahi ke pipiku. “Sudah, bencilah aku jika kamu mau” Bentakku. Aku berpikir dia akan marah padaku, tapi bukan amarah yang kudapati. Aku mendapatkannya berkata dengan tenang dan lembut yang dihiasi senyum manisnya. Dia tidak marah padaku, bahkan dia senang karena ternyata aku memiliki perasaan yang sama dengannya. Dia berjanji akan menunggu hingga aku lulus S2. Aku senang sekali, ternyata sebaik itukah Bayu.
Setiap hari dia mengirimiku pesan singkat, dan dia selalu baik padaku bahkan dia selalu menemaniku dari aku terbangun dari tidur hingga kuterlelap lagi. Hingga suatu saat, sikapnya yang hangat berubah menjadi dingin seketika. Semenjak dia pergi ke Paris 3 bulan yang lalu. Aku ta tahu apa yang terjadi. Aku mencoba untuk selalu menghubunginya, akupun mendapatkan respon yang dapat menenangkan perasaanku. Dia minta maaf, pekerjaannya di Paris begitu banyak, jadi untuk sekedar mengirim pesan singkat pun tidak mudah. Dia juga berpesan padaku untuk fokus pada ujianku. Aku lega mendengarnya.
Empat bulan berlalu, Semakin lama aku semaakin kehilangan kabar tentangnya. “Kemanakah dia?” Tanyaku namun tak satupun yang mendengarnya. Setiap kali aku mencoba menghubunginya ternyata nomornya sudah tidak aktif lagi. Kini aku sudah mencapai titik jenuhku. Aku sangat gundah, aku takut kalau dia akan pergi. Akhirnya aku menenangkan diri di cafe tempatku biasa bertemu dengannya.
Memang benar di tempat ini adalah satu-satunya tempat yang mampu untuk menenangkan hatiku. Apalagi hari ini ada lomba menyanyi. Aku harus mengikutinya, karena aku sangat senang menyanyi dan sering mendapatkan penghargaan atas suaraku. Aku mendapatkan nomor urut peserta kelima. Sambil menunggu giliranku aku memesan segelas minuman. Saat aku tengah meneguk segelas jus buah favoritku. Namun, aku tersedak ketika melihat sepasang muda mudi yang tengah bermesraan. Dan yang lebih menhancurkan kalbu dia adalah Bayu dengan gadis itu lagi. Ya Tuhan, aku tak sanggup melihatnya mengacuhkaku. Sementara dia bersama gadis lain. Aku tahu mungkin semua memang salahku dan aku yang terlalu egois. Aku tak pernah bisa memberikan apa yang dia inginkan tapi aku selalu ingin dia dekat denganku tanpa status. Aku mencoba tenang, siapa tahu mereka tidak pacaran seperti waktu itu. Aku datang menghampiri Bayu. Aku menepuk pundaknya dan menyapanya. Dia melihatku dengan terkejut. Aku membuka percakapan dengannya namun dia memotong pembicaraanku dan segera memperkenalkan gadis yang duduk bersamanya. Dia mengakui bahwa dia adalah pacarnya dan sebenarnya dia telah lama kembali ke Indonesia, sekitar 2 bulan yang lalu. Astaga betapa hancurnya hatiku, ternyata dengan begitu mudahnya dia melupakan janjinya beberapa waktu lalu padaku. Aku sangat tersudut disini, aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku tertunduk di sudutku, bahkan Bayu pun tak sanggup menyadarkanku. Hingga kudengar sebuah suara dari mikropon yang menyebutkan, “Dan penampilan peserta kelima, kita sambut Lisa. Beri tepuk tangan yang meriah”.
Ya Tuhan aku lupa akan lomba itu, baiklah aku tak mungkin mempermalukan diriku sendiri aku harus ada disana dan menunjukkan bahwa aku tak akan pernah rapuh.
“Lagu ini, Lisa persembahkan untuk seseorang yang sangat Lisa cintai. Namun, Lisa sadar Lisa tidak lagi pantas untuknya”. Kata sambutanku pada penonton. Ku lihat Bayu telah meneteskan air matanya, mungkin dia menyadarinya. Namun, semua sudah terlamat.Semua penonton menyambutku dengan suara tepuk tangan yang begitu meriah.
AKU BUKAN UNTUKMU
Dahulu kau mencintaiku
Dahulu kau menginginkanku
Meskipun tak pernah ada jawabku
Tak berniat kau tinggalkan aku
Sekarang kau pergi menjauh
Sekarang kau tinggalkan aku
Di saat ku mulai mengharapkanmu
Dan kumohon maafkan aku
Aku menyesal tlah membuatmu menangis
Dan biarkan memilih yang lain
Tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
Pasti itu terbaik untukmu
Janganlah lagi kau mngingatku kembali
Aku bukanlah untukmu
Meski ku memohon dan meminta hatimu
Jangan pernah tinggalkan drinya
Untuk diriku
Sekarang kau pergi menjauh
Sekarang kau tinggalkan aku
Disaat kumulai mengharapkanmu
Dan kumohon maafkan aku
Aku menyesal tlah membuatmu menangis
Dan biarkan memilih yang lain
Tapi jangan pernah kau dustai takdirmu
Pasti itu terbaik untukmu
Janganlah lagi kau mengingatku kembali
Aku bukanlah untukmu
Meski ku memohon dan meminta hatimu
Jangan prnah tggalkan drinya
Meski ku memohon dn meminta hatimu
Jangan pernah tinggalkan dirinya
Untuk diriku
Lagu yang kunyanyikan dalam perlombaan ini bukan hanya sekedar lagu untuk dilombakan. Namun, sesungguhnya lagu ini memang sangat mewakilkan perasaanku yang sesungguhnya, oleh karenanya aku sangat menghayati ketika menyanyikan lagu ini dan membawa penonton terbawa oleh suasana. Tak kusangka aku mendapatkan juara pertama. Aku tak menampakkan wajah yang begitu gembira, karena perasaanku masih terbalut luka. Setelah menerima hadiah aku turun dari panggung. Bayu menghampiriku dan memberiku ucapan selamat. Aku berterima kasih padanya. Dia memintaku tinggal sejenak untuk melepas rindu, tapi aku tak ingin mengganggu hubungannya dengn gadis itu. Aku berlalu begitu saja, mencoba menahan luka ini dan melupakannya yang tak kan pernah kembali padaku lagi. Selamat tinggal Bayu, semoga kau bahagia dengannya.
0 Komentar:
Komen disini ya :)