Tarianku Membawaku Ke PARIS
Hari itu hujan masih mengguyur sudut kota. Ketika itu tampak
salah satu gadis remaja yang duduk di tangga sebelah lorong panjang kelas.
Teman-temannya biasa memanggilnya Laila, gadis remaja sederhana yang tak
terlalu populer di sekolah dan tak banyak bicara namun memiliki bakat tari yang
sangat luar biasa, bisa di bilang ia gadis kuper. Beigitu kata teman-temannya.
wajahnya terlihat pucat menggigil kedinginan seolah setiap rintikan air hujan
membekukan sel -sel aliran tubuhnya. sedingin hatinya saat itu. Membuatnya
seperti insan yang mati rasa. Hari itu Laila sedih memikirkan perkataan serta
ocehan-ocehan temannya yang tidak sopan terhadapnya terutama perkataan Echa,
gadis manja yang terkenal cantik di sekolahnya. Raut wajah Laila terlihat dari
kejauhan tampak seperti orang yang sedang memberontak keras!! tak menerima
keinginannya dan impiannya dilecehken dan dipandang rendah oleh teman-temanya
seperti sampah yang tak berarti. Yah keinginanya adalah menjadi seorang penari
profesional, terkenal, dan disenangi banyak orang. Namun teman-temanya tidak
suka denganya, mungkin mereka semua iri dengan Laila.
Tak lama dari itu, ada seorang gadis mendekati Laila. Sari
namanya, ia adalah sahabat yang duduk sebangku dengan Laila. Ia datang dengan
membawa kabar yang menggembirakan untuk Laila, karena Sari tahu bahwa penari
adalah impian Laila. Sari tak ingin melihat Laila sedih, ia tahu sekali
bagaimana rasanya pada waktu itu ia melihat Laila dipermalukan oleh
teman-temanya sesama penari, namun berbeda aliran, mereka mengikuti tarian
modern yang biasa dikenal sebagai Modern Dance sedangkan Laila tarian
tradisional. Mereka merusakan kaset yang berisikan lagu pengiring tarian Laila,
namun Laila dengan ketabahan dan kesabaranya ia tak ingin membalasnya.
Sari datang dengan membawa selebaran mengenai Kontes Tari
Tradisional, yang hadiahnya adalah ke Paris. Awalnya Laila tidak percaya dan
pesimis dengan kontes itu
”aku gak mungkin bisa ikut perlombaan itu sar”. sahut Laila
dengan suara terseduh-seduh menahan sedih.
”Laila.. kamu harus ikut, ini adalah ajang untuk menampilkan
bakatmu, dan kamu bisa membuktikan kepada teman-temanmu bahwa tarian
tradisional gak norak”. jawab Sari.
Laila terdiam merenungi perkataan Sari, ia ingin sekali
mengikuti kontes itu namun ia tidak bisa, karena ia tidak memiliki cukup uang
untuk mengikuti kontes itu.
”tapi sar..”.
”tapi apa ?.uang?, kostum?, transport?.. gampang semua sudah
aku yang urus”.
potong Sari.
Dengan mata yang berkaca-kaca Lailapun langsung memeluk
Sari, ia tak tahu harus berkata apa, yang ada dibenaknya hanyalah perasaan
bahagia yang luar biasa, sari adalah sahabat yang baik, ia selalu menolongnya
disaat-saat genting seperti ini.
Hari yang ditunggu-tunggu itupun telah tiba. Dengan
persiapan latihan yang cukup Lailapun siap menghadapi kontes tersebut, ia tidak
tahu bahwa Echa musuh bebuyutanya Laila mengikuti kontes ini, padahal ia adalah
gadis yang tidak suka dengan tarian tradisional. Tak kala pada saat itu, ketika
echa berjalan menuju toilet iapun melihat Sari dan Laila beru keluar dari
toilet, Echa bergegas lari dan bersembunyi dari pandangan mereka berdua. Namun
hal itu percuma, karena Sari telah melihat terlebih dahulu sosok Echa dibalik pintu
dekat dengan ruang audisi kontes tersebut.
” Heeii.. Echaa.. Cha.. Cha..”. jerit Sari.
Echa sontak diam dan tertunduk malu, lalu Saripun mendekati
Echa
” Hah..? kamu ikut kontes ini,.. ga salah? Kan kamu sendiri
yang bilang kalau tarian tradisional itu norak dan ga banget...” oceh sari.
”Sudahlah Sar.. gak penting tau ga.. aku bersyukur akhirnya
ia mencintai tarian tradisional seperti aku”. Balas Laila.
Dari jauh terdengar nomor peserta Laila disebut, waktunya
Laila menunjukan kebolehanya.
”Maaf ya Cha namaku sudah dipanggil aku harus ke ruang
audisi.. ayo Sar temenin aku” sahut Laila dengan lembut.
Pada saat diruang audisi Laila mendapatkan giliran terakhir,
iapun menampilkan tarian tradisional yang berasal dari daerah asalnya, yaitu
Lampung. Tarian cangget yang ia kuasai dan ia tunjukan kepada penonton di ruang
audisi, membuat juri dan penonton tak ingin berkedip dari pandanganya. Dengan
luwes dan seirama Laila menari, tak lama dari itu tepukan tangan meriahpun
didapatkan oleh Laila, baru kali ini ia mendapatkan tepuk tangan yang meriah
seperti ini. Komentar-komentar dari juripun tidak ada yang aneh-aneh, semua
juri sangat menyukai tarian Laia. Lagi-lagi penontonpun memberikan tepuk tangan
yang meriah seiring dengan keluarnya Laila dari atas panggung audisi.
Saatnya pengumuman pemenangpun dibacakan, Laila selalu
berdoa didalam hatinya agar ia memenangkan perlombaan ini, pemenangpun telah
dibacakan, dari juara harapan satu hingga tiga telah dibacakan, namun tidak
disebut namanya. Laila selalu berharap masuk dalam tiga besar, akhirnya
pemenang untuk tiga besarpun dibacakan, namun lagi-lagi nama Laila tidak
disebuat, ia sangat sedih, ia menangis hatinyapun serasa patah, sesak didada.
Namun tak lama dari itu, dewan juri berkata bahwa masih ada satu juara lagi,
dimana yang mendapatkan juara itu, maka ialah yang akan pergi ke Paris untuk
berlibur.
”Baiklah.. untuk juara favorit dan berangkat ke Paris adalah
Laila Octavia Zaini” Akhirnya nama Lailapun disebut, Laila begitu terkejut dan
sangat bahagia yang tak terkira, ia segera menaiki panggung untuk menerima
hadiah. Saripun merasa senang karena impian Laila dapat tercapai. Namun, Sari
melihat Echa sedang bersedih dipojokan dekat pintu keluar, Sari mendekati Echa.
”Kenapa kamu Cha ?..Hmm Cha, suka atau tidak, cepat atau
lambat, maka kita selalu mendapatkan kebalikan dari apa yang kita punya. Semua
hal dalam hidup yang singkat ini hanyalah berdasarkan hukum itu. Cantik dan
buruk rupa. Kaya dan miskin harta. Pandai dan bebal otaknya. Hukum itulah yang
selalu didengungkan oleh berbagai pujangga dari zaman lama, maka dari itu cha,
janganlah kita meremehkan kemampuan seseorang”.
0 Komentar:
Komen disini ya :)