Cerita Istimewa " Aku Cinta Dia "

Aku Cinta Dia
Karya : Zlen

Desiran ombak bengitu riuh terdengar, gemercik air yang sesekali menghanyutkan butiran-butiran pasir yang berlinang-linag menjadi irama yang selalu menyanyikan lagu merdu menyelinap di lubang telingaku. Seperti biasa aku nikmati dan aku selalu bersantai di pagi hari di belakang rumahku. Belakang rumahku yang begitu luas, tak hanya sekedar luas. Namun sangat amat luas, terbentang genangan air nan kebiru-biruan tapi jernih yang tak dapat aku lihat ujungnya. Aku hanya tahu disinilah pangkal daratannya, di tanah inilah, di tanah yang sekarang aku injakan kedua kakiku.
Sesekali aku melirik mentari yang sedang tersenyum malu-malu yang muncul dari arah lautan sebelah timur, semakin lama semakin terlihat jelas senyumanya. Begitu terang, bagaikan bola lampu yang siap menerangi di setiap ruangan kala gelap datang.
Burung-burung mulai keluar dari sarang mencarikan sarapan pagi untuk anak-anaknya. menari-nari di atas hamparan samudra yang terbentang, begitu indah, begitu menggoda, dan memanja pada setiap mata yang melihatnya. Tak ketinggalan nama Riski Agung Pratama yang berderet bagaikan perahu-perahu nelayan yang keluar dari ujung lautan yang semakin lama semakin terlihat besar. Riski Agung Pratama nama yang sudah tak asing di panca indraku, hampir setiap detik denyutan nadiku teraliri nama Riski Agung Pratama.
Bukan pacar, karena kita tak pernah ada kata jadian. Meski orang-orang di sekitarku mengatakan kita pacaran. Bukan sahabat, karena aku tak ingin keberadaanku di hatinya seperti sahabat-sahabat yang lainnya. Dan yang pasti kita juga tidak menjalin hubungan TTM-an. Aku tidak peduli ketika dia dikerumuni cewek-cewek yang bisa jadi suatu saat mereka akan mau dipacarinya. Begitu juga dengan dia, aku tak tahu bagaimana ia menanggapi kedekatanku dengan cowok-cowok di sekelilingku yang juga siap memacariku yang memang aku dianugrahi oleh Tuhan sebuah wajah yang indah, sehingga tak sedikit mata lelaki yang melirik ku atau kagum terhadapku. Ditambah sikapku yang mudah sekali bergaul bahkan dengan orang yang baru saja aku kenal. Dan aku hanya bisa menjaga sikap saat aku bersamanya. entahlah.
Kata orang kalau kita tidak ada rasa cemburu berarti kita tidak punya rasa cinta. Apakah benar ini bukan cinta? Tapi jujur aku juga tak bisa untuk kehilangannya. Aku bahagia saat bersamanya, jalan-jalan sekedar mencari sebuah keindahan dan aku juga hargai semua ketulusannya padaku. Ketulusan seorang kekasih terhadap kekasihnya atau ketulusan seorang sahabat pada sahabatnya atau mungkin ketulusan seorang saudara kepada saudaranya. Aku juga tak tau. Yang jelas aku senang terhadap perhatiaannya yang diberikan padaku selama ini.
Mentari semakin tinggi, cahayanya semakin terasa panas menyengat Desa dimana aku terlahir, Tanjung mas. tak sejuk lagi seperti senyumnya kala ia datang. Aku pun harus bergegas siap-siap menjalani rutinitas kehidupanku. Kehidupan sebagai seorang mahasiswi. Mahasiswi Fakultas Bahasa Inggris, Kampus IAIN Walisongo Semarang.
Ku tuturkan sampai jumpaku pada laut, pada burung-burung, pada matahari yang telah menemani pagiku. Mungkin mereka akan menangis dengan kepergiaanku, mungkin juga mereka malah senang atas kepergiaaku. Aku juga tak tau. Aku hanya bisa berharap mereka akan setia menemani pagiku esok.
“sarapan dulu non” pinta mbok Nah yang melihatku masuk dari teras belakang sambil membawa gelas minumanku yang isinya telah aku habiskan tak tersisa.
“iya mbok, aku mau mandi dulu” jawabku pada mbok Nah yang tak pernah lelah untuk menyiapkan makanan untuk keluargaku dari pagi hingga datang pagi lagi.
Setelah mandi dan siap untuk berangkat, aku lihat handphone yang dari tadi berada di ranjang tidurku. Dua panggilan tak terjawab, aku buka dan nama Riski Agung Pratama tertera dalam layar handphone. Aku hanya bisa tersenyum manis saja saat melihat dan membacanya, aku tak dapat lakukan apa-apa lagi selain kekecewaan atas ketidak tahuanku saat Riski Agung Pratama menelfon aku. Mau gimana lagi mau aku telfon balik juga aku sudah siap berangkat, itu pun dapat mengakibatkan aku terlambat kuliah. Jadi biarlah.
Dengan kecepatan maximal 80km/jam aku geber laju motor matic kesayanganku, saling salip dengan bus yang akan masuk maupun bus dari dalam terminal Terboyo yang memang tak jauh dari tempat tinggalku. dan juga bus kota jurusan Boja yang terkadang berhenti, sekedar untuk menurunkan penumpang atau membawa penumpang yang di antaranya beberapa mahasiswa IAIN Walisongo, yang nantinya akan diturunkan di Jl. Prof. Dr. Hamka Ngaliyan Semarang. persis depan kampus meraka dan kampusku juga.
“Cinta?” terdengar suara memanggil namaku yang sedang berada diparkiran. Aku toleh kanan dan kiri ternyata Rita.
“iya Rit,” balasku sambil tersenyum dan mengangkat tanganku.
“gimana PR nya” tanya Rita yang tak sabar ingin melihat hasil kerjaku
“beres boss.” Dengan percaya diri aku keluarkan makalah dari tas cangklongku yang menggantung di bahuku.
“hahh?” Rita hanya bengong saat melihat makalah yang kubawa.
Aku juga membalas bengongnya dengan kebengonganku yang tak tahu apa maksud Rita, sambil bertanya pada diriku sendiri. apa ada yang salah dengan makalah itu.
“aduh Cinta sayang,” begitu ia memanggilku sapaan akrab persahabatan kami.
“kamu tau gak sekarang mata kuliahnya apa?” imbuhnya dengan banyak tanda tanya yang berputar-putar di atas kepalanya.
“statistik” jawabku santai
“ini makalah apa?” makalah linguistik disodorkan padaku.
Ternyata aku salah ngeprint tugas kami, maklum saat menyelesaikannya aku selingi dengan kesibukanku berbalas pesan dengan Riski Agung Pratama yang tak tahu sekarang sedang apa di kota tetangga.
“hehehe, maaf Rita sayang, aku salah bawa” terangku menjawab kegelisah-kegelisahan Rita atas kesalahanku.
Ku ambil lagi motorku dan langsung tancap gas bersama Rita menuju warnet terdekat, sudah kebiasaan setiap tugas kuliahku selesai langsung aku upload ke website agar tidak hilang termakan virus dan juga dapat dibuka dimana saja saat kita butuhkan. Toh sekarang warnet sudah bukan lagi tempat yang langka, bahkan sekarang di desa-desa sudah tau apa itu warnet.
Hari ini begitu menyenangkan dengan beberapa kejadian di kampus. Dan sesekali Riski Agung Pratama muncul menemanku lewat Sort Message Send di dalam handphone-ku. Ya, aku lebih suka kehadirannya di-handphone-ku saja dari pada kehadirannya di depanku, karena itu akan membuatku salah tingkah. Dan mengharuskan diriku se-perect mungkin di hadapannya.
Aku kembali menemui laut, namun tidak lagi aku ditemani senyum mentari. Lautan bilang mentari sudah pulang ke sarang. Memang di tempat inilah aku biasa mengerjakan tugas-tugas kuliahku yang ditemani kilauan ombak malam yang terkadang lebih terpancar saat rembulan datang, di iringi tiupan angin pantai yang segar dan juga nama seorang Riski Agung Pratama di dalam handphone yang kini berada di genggaman tanganku, yang terkadang juga membantuku dalam mengerjakan tugasku.
Besok adalah hari minggu, itu artinya esok aku tak ada kuliah, tak ada tugas tentunya. Lagi-lagi aku lewati malam minggu sendirian dan kegalauan dengan pikiran yang tak aku ketahui siapa sebenarnya yang ada di dalamnya. Seperti itulah aku lewati malam mingguku, tak seperti malam minggu remaja pada umumnya yang katanya malam yang indah untuk berpacaran.
Jari-jemariku mulai menari membelai huruf demi huruf yang berada di keypad laptopku, ingin aku curhatkan semua yang ada difikiranku kepada Tuhanku. Aku yakin Dia akan mendengarku dan akan memberi apa yang terbaik bagiku.
Tanjung mas, 08 Desember 2012
Ya Rob,
aku tau semua yang terjadi di kehidupanku tak lain adalah kehendak-Mu.
tak mampu aku melangkahkan kakiku,
melambaikan tanganku dan menggerakkan semua organ tubuhku
tanpa ada izin dari-Mu.
Aku tau kau tak akan memberi cobaan pada ku melebihi batas kemampuanku. Dan tentunya hal terbaik yang bakal Kau berikan padaku.
Ya Rob,
Aku bingung dengan perasaan yang Kau berikan padaku,
aku tak tau apa ini rindu atau hanya sekedar rasa ingin
bertemuku dengan sahabatku.
Aku bingung dengan cintaku yang saling berdatangan dan
membuatku tak dapat melabuhkan hatiku. Begitu juga dengan nama
Riski Agung Pratama. Lidahku tak dapat katakan “iya” untuknya
dan juga katakan “tidak” untuknya tanpa titah-Mu
Ya Rob,
Hanya pada-Mu semua aku serahkan, karena Kau lah pengatur
semua kehidupan dan pemilih yang terbaik untuk hamba-hamba-Mu.
Aku cetak dan aku ambil botol bekas yang ada di rumahku, kemudian aku masukkan sepotong kertas tersebut ke dalam botol yang berada di tanganku dan ku lempar ke laut sejauh mungkin aku dapat melemparnya. Cara itulah yang sering kali aku lakukan jika aku ada masalah, entah curhatku atau sekedar salam rinduku pada Riski Agung Pratama. Aku tak peduli siapa yang akan menemukan dan membacanya. Karena aku tak mungkin mengatakan rinduku padanya, di hadapannya. Meski terkadang aku ingin mengatakan di hadapannya, yang mungkin dia akan merasa bahagia setelah mendengarnya, dan bisa juga ia akan marah padaku saat mendengarnya.
Hari terus berjalan, matahari masih datang menebarkan senyuman saat fajar tiba dan tenggelam saat senja menjemputnya, semakin hilang dari pandangan mata dan dunia terasa gelap tanpa cahayanya. Hingga ahirnya aku menerima selembar kertas merah hati bertalikan pita biru muda yang tertuliskan “menikah: Riski Agung Pratama bin H. Nur Said dengan Neila Khansa binti Ibrahim” hatiku begitu terpukul, bulu-buluku terasa merinding, mataku mulai berlinang-linang dan semakin tak dapat aku tahan tetes demi tetes air mata yang mengalir kemudian membasahi kedua pipiku.
Seketika itu ingin rasanya aku merobek-robek, membakar hanguskan bahkan membuang kertas tersebut ke tengah lautan agar tengelam. Namun semua itu tak kan dapat merubah isi dari tulisan tersebut. Aku menangis, aku merintih, aku menyesal, aku merasa kehilangan. Satu hal yang aku tahu pasti: Ikuti kata hati saat ia telah begitu menginginkanmu. Hatimu tak pernah melakukan salah, karena itulah yang kau pinta. Sekarang atau nanti, saat kau tak bisa lagi dan menyesal diri.
Cerpen Karangan: Zlen
Blog: www.zlen.wordpress.com
Facebook: www.facebook.com/zlen.ae

0 Komentar:

Komen disini ya :)